Mungkin, dulu dimaksudkan agar diriku bisa menjadi seorang pakar. Tapi, sejauh ini, dunia sudah menjelang kiamat belum ada sebuah sinyal diriku bakal menjadi pakar bidang apa. Tapi itu bukan masalah, yang jelas kembali kukatakan namaku Pawang.
Sebagai orang Aceh. Saya membanggakan semua yang berbau daerahku. Laguku tidak jauh dari aroma Aceh: Seulanga, dodaidi, prang sabi dst. Itu sudah menjadi kegemaran. Lagi, namaku sekali lagi adalah Pawang.
Apakah aku menutup diri? Anggota tubuh jelas tertutup, kecuali jika ada yang meminta baru kubuka. Ups, jangan miring dulu, tentu yang minta pasangan saya sendiri, bukan orang lain. Sekali lagi aku Pawang.
Aku masih suka juga lagu-lagu dari luar, kecuali dangdut. Karena musik dangdut itu lebih mirip nyayian pelacur untuk menarik pelanggan. Dan itu saya simak akhir-akhir ini saja. Bicara dangdut, bila mereka mengatakan itu sebagai khas bangsa, saya malah menganjurkan untuk nyanyikan saja lagu: Indonesia Raya. Ini jelas lagu kebangsaan daripada Dangdut yang hanya menjual kepiawaian merangsang lelaki itu. Lagi, nama saya Pawang
Tags: dangdut, worst music
Sumber: kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar